Curah hujan tinggi yang melanda beberapa daerah di Provinsi Bali dalam beberapa hari terakhir telah menyebabkan banjir dan longsor di sejumlah titik. Peristiwa ini membawa dampak signifikan bagi masyarakat, infrastruktur, serta aktivitas perekonomian lokal. Dari data yang dihimpun, ratusan bangunan dan fasilitas umum terdampak, sementara korban jiwa telah dievakuasi oleh tim penyelamat.
Hujan Deras Mengguyur Bali: Awal Mula Bencana
Bencana dimulai setelah hujan lebat turun secara terus-menerus, menyebabkan air sungai meluap dan menggenangi beberapa pemukiman serta area perdagangan. Kondisi ini diperburuk dengan tanah labil pada beberapa wilayah, sehingga memicu terjadinya longsor di sejumlah lokasi yang berdekatan dengan lereng bukit.
Wilayah Terdampak Meluas
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis laporan terkini pada Rabu, 10 September 2025 bahwa tujuh kabupaten/kota di Bali mengalami dampak banjir dan longsor ini. Seluruh unit penanggulangan kebencanaan dan relawan bahu-membahu menangani situasi darurat demi mengurangi risiko dan mempercepat proses evakuasi warga terdampak.
Korban Jiwa dan Proses Evakuasi
Dalam keterangan Kepala BNPB, Suharyanto, per 12 September 2025, dikonfirmasi bahwa sebanyak 16 orang meninggal dunia akibat terjangan banjir dan longsor tersebut. Semua korban telah berhasil dievakuasi oleh tim gabungan yang terdiri dari personel BNPB, aparat TNI-Polri, hingga relawan setempat.
“Penanganan korban menjadi prioritas utama kami. Seluruh proses evakuasi telah dilakukan secara terkoordinasi di lapangan,” jelas Suharyanto.
Dampak pada Infrastruktur dan Fasilitas Ekonomi
Salah satu sektor yang paling parah terkena dampak adalah area perdagangan. BNPB mendata setidaknya 474 unit kios atau rumah toko (ruko) yang mengalami kerusakan dengan tingkat kerusakan variatif, mulai dari rusak ringan hingga parah. Selain itu, aliran air yang kuat turut merusak sejumlah ruas jalan dan jembatan, mengakibatkan akses transportasi di beberapa titik terganggu.
Petugas gabungan di lapangan masih melakukan verifikasi dan pencatatan jumlah kerusakan secara detail, meliputi infrastruktur rumah warga, jalan raya, jembatan, serta fasilitas umum lain yang menjadi penunjang kehidupan sehari-hari masyarakat Bali.
Langkah Tanggap Darurat dan Bantuan
BNPB berupaya mempercepat penanganan pasca-bencana dengan menyalurkan bantuan logistik kepada warga terdampak di titik-titik pengungsian. Bantuan yang disalurkan meliputi makanan pokok, air bersih, selimut, perlengkapan tidur, serta alat-alat kebutuhan darurat lainnya. Penyaluran dilakukan sejak hari pertama bencana dan hingga Jumat, 12 September 2025, proses distribusi masih berlangsung untuk memastikan seluruh penyintas menerima bantuan memadai.
Selain bantuan logistik, BNPB juga menerjunkan tim teknis untuk melakukan pemulihan infrastruktur mendesak, terutama pada akses jalan penghubung dan fasilitas publik seperti sekolah dan puskesmas yang sempat lumpuh akibat banjir dan longsor.
Pendataan Kerusakan: Proses Masih Berlanjut
Menurut pihak BNPB, pendataan rinci atas seluruh bangunan dan fasilitas masyarakat masih dilakukan hingga kini. Proses ini penting guna mengetahui kebutuhan rekonstruksi dan memastikan semua kerusakan terakomodasi oleh pemerintah dalam program pemulihan pasca bencana.
Pendataan yang dilakukan melibatkan perangkat daerah, warga, serta didukung teknologi pencitraan dan survei lapangan untuk memperoleh data paling akurat. Direncanakan, hasil pendataan menyeluruh akan menjadi dasar alokasi bantuan selanjutnya, baik berupa dana tunai, material bangunan, maupun program rehabilitasi sosial-ekonomi.
Dukungan untuk Penyintas dan Upaya Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah bersama organisasi relawan membuka sejumlah titik pengungsian bagi warga yang rumahnya rusak atau terancam dampak susulan. Di lokasi pengungsian, tersedia kebutuhan dasar seperti dapur umum, layanan kesehatan, dan ruang bermain anak-anak.
Koordinasi antar instansi, mulai dari pemerintah provinsi, kabupaten/kota hingga unit-unit penanggulangan bencana di tingkat desa, terus ditingkatkan. Prioritas diberikan pada pencegahan munculnya penyakit akibat lingkungan yang terganggu, juga perlindungan kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak.
Pemulihan dan Antisipasi Ke Depan
Setelah proses evakuasi dan pemulihan darurat tuntas, langkah selanjutnya adalah membangun kembali infrastruktur yang rusak dan memperkuat mitigasi bencana di kawasan rawan. Pemerintah daerah didorong untuk memetakan area rentan serta meningkatkan sistem peringatan dini guna mencegah kejadian serupa menimbulkan korban dan kerusakan lebih besar di masa depan.
Upaya reboisasi, penguatan bantaran sungai, serta revitalisasi saluran drainase menjadi bagian dari rencana jangka panjang pemerintah daerah. Langkah-langkah ini diharapkan dapat meminimalkan risiko banjir bandang maupun longsor akibat curah hujan ekstrem yang kemungkinan masih akan terjadi.
Penutup
Bencana banjir dan longsor di Bali pada September 2025 menjadi pengingat penting bagi semua pihak tentang pentingnya kesiagaan dan tanggapan cepat terhadap potensi bahaya. Dengan kolaborasi antara BNPB, pemerintah daerah, dan masyarakat serta dukungan logistik yang intensif, Bali diharapkan dapat segera pulih dan bangkit dari dampak bencana ini.